BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam
suatu perusahaan. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil, akan
mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam perkembangan dunia
usaha yang semakin maju, persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya semakin ketat, belum lagi kondisi perekonomian yang tidak menentu
meneyebabkan banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu,
agar perusahaan dapat bertahan dan dapat berkembang, perusahaan harus
mencermati kondisi dan kinerja perusahaan. Untuk mengetahui denga tepat bagaimana
kondisi dan kinerja perusahaan maka diperlukan suatu analisi yang tepat.
Media yang tepat dipakai untuk menilai kinerja perusaan
adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan
pengolahan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau
ikhtisar lainnya yang sehingga dapat digunakan untuk membantu para pemakai di dalam menilai kinerja
perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Laporan keuangan
digunakan oleh manajer untuk meningkatan kinerja, oleh kreditor untuk
mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman, dan oleh pemegang saham untuk
meramalkan laba , dividen, dan harga saham.
Untuk menilai kinerja perusahaan, diperlukan beberapa tolok
ukur. Tolok ukur yang sering digunakan adalah rasio atau indeks, yang
mnghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan
intreprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik
tentang kinerja perusahaan dibandingkan analisi yang hanya didasarkan atas data
keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Analisis laporan keuangan akan lebih tajam apabila
angka-angka keuangan dibandingkan dengan standar tertentu. Standar tersebut
dapat berupa, standar internal yang ditetapkan manajemen, perbandingan historis
atau membandingkan angka-angka keuangan dengan angka-angka masa sebelumnya,
pembandingan dengan perusahaan atau industry sejenis. Tanpa perbandingan, tidak
akan diketahui apakah kinerja suatu perusahaan menunjukkan perbaikan atau
menunjukkan penurunan.
PT Unilever Tbk adalah perusahaan kosmetik dan perlengkapan rumah
tangga yang brand produknya sangat dikenal masyarakat antara lain brand ponds,
pepsodent, dll. Dengan perusahaan seperti unilever dengan produk – produknya
yang menjadi market leader dapat memungkinkan karena kinerja keuangan
perusahaannya juga baik
Berdasarkan uraian di atas, maka kami akan menilai kinerja dalam makalah ini yang berjudul Analisis Kinerja laporan keuangan
pada PT Unilever. Tbk dan Tahun 2012
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana kinerja keuangan dari PT Matahari Unilever Tbk?
1.3
Batasan Masalah
Adapun dalam penulisan ini penulis hanya akan menganalisis
laporan keuangan periode 1 Januari – 31 Desember 2012.
1.4
Tujuan Masalah
Untuk mengetahui kinerja keuangan dari PT Matahari
Departemen Store Tbk
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Berdasarkan
pendapat Slamet Munawir (2002, p2), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil
dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan
data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Berdasarkan pendapat Agnes Sawir
(2005, p2), media yang dapat dipakai untuk
meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah
laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar laba
yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan
keuangan adalah hasil akhir proses
akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan
diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang. Menurut
pendapat Harry Supangkat (2005, p20), laporan keuangan merupakan hasil akhir
dari proses pencatatan, penggabungan, dan pengikhtisaran semua transaksi yang
dilakukan perusahaan dengan seluruh pihak terkait dengan kegiatan usahanya dan
peristiwa penting yang terjadi di perusahaan.
Menurut G.
Sugiyarso dan F. Winarni (2006, p8), laporan keuangan merupakan daftar ringkasan
akhir transaksi keuangan organisasi yang menunjukkan semua kegiatan operasional
organisasi dan akibatnya selama tahun baku yang bersangkutan. Pengertian
laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004, p2) adalah sebagai
berikut: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi,
Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara, seperti
misalnya, sebagai Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu laporan keuangan itu meliputi
dua hal pokok, yaitu: Neraca dan Laporan Laba-Rugi. Neraca mencerminkan nilai
aktiva, utang dan modal sendiri pada saat tertentu. Laporan Laba-Rugi
mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu, biasanya
meliputi periode satu tahun.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Berdasarkan
pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia (2004, p4), tujuan laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a)
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan
perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b) Laporan
keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara
umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
c) Laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Rudianto (2006, p98), secara
umum laporan keuangan disusun dengan beberapa tujuan, diantaranya yaitu:
a) Untuk
memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b) Untuk memberikan informasi penting lainnya
mengenai perubahan sumber-sumber
ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan
investasi.
c) Untuk
mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang relevan
untuk kebutuhan pemakai laporan,
seperti informasi mengenai kebijakan akuntasi yang digunakan.
2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
(2004, p2), pemakai laporan keuangan
meliputi
investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya,
pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka
menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang
berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:
a) Investor.
Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko
yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan
atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi
yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar
deviden.
b) Karyawan.
Karyawan
dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai
stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi
yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan
balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c) Pemberi Pinjaman.
Pemberi
pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d) Pemasok dan kreditor usaha lainnya.
Pemasok
dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh
tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang
lebih pendek daripada pemberi
pinjaman kecuali kalau sebagai
pelanggan utama mereka tergantung pada
kelangsungan hidup perusahaan.
e) Pelanggan.
Para
pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau
mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada
perusahaan.
f) Pemerintah.
Pemerintah
dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan
alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.
Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun stastistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g) Masyarakat.
Perusahaan mempengaruhi anggota
masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan
kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang
dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan
perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Menurut
pendapat Marisi P. Purba dan Andreas (2006, p2-4), Pemakai laporan keuangan
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pemakai internal dan pemakai
eksternal.
a) Pemakai
Internal
•
Manajemen.
Manajemen
berkepentingan melihat besar kecilnya laba perusahaan untuk melakukan evaluasi
kinerja keuangan. Laporan keuangan juga dapat menentukan strategi, pengawasan
serta menjadi ukuran dalam memberikan insentif karyawan. Manajemen juga
bertanggung jawab atas penyajian dan penyusunan laporan keuangan.
b) Pemakai
Eksternal
• Penanam
Modal.
Penanam
modal dan penasihatnya berkepentingan dengan risiko yang melekat pada investasi
mereka serta berapa besar deviden yang akan mereka peroleh. Mereka juga akan
mengambil keputusan, apakah akan tetap berinvestasi atau menarik investasi yang
telah dilakukan.
• Pemberi
Pinjaman.
Pemberi
pinjaman terutama bank, tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk mengetahui apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar oleh
perusahan pada saat jatuh tempo.
• Pemasok
dan Kreditor Usaha lainnya.
Pemasok
dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh
tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dengan tenggang waktu yang
lebih pendek daripada pemberi pinjaman. Jika perusahaan adalah pelanggan utama
mereka, maka berkepentingan untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan.
•
Pelanggan.
Para
pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan, atau tergantung pada perusahaan.
• Pemerintah
dan Badan Regulator lainnya.
Pemerintah
dan badan regulasi lainnya berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan.
Pemerintah dan badan regulasi lainnya membutuhkan informasi untuk mengatur
aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk
menyusun statistic pendapatan Nasional dan statistik lainnya. Lembaga Negara
selain pemerintah yang berkepentingan atas laporan keuangan adalah Bank
Indonesia. Dalam melakukan analisa Capital Adequacy Ratio atau CAR secara
Nasional, Bank Indonesia mengumpulkan informasi dari laporan keuangan bank yang
dilaporkan secara berkala.
•
Masyarakat.
Perusahaan
mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misal, Perusahaan dapat
memberikan kontribusi berarti pada perekonomian Nasional, termasuk jumlah orang
yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan
keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan, serta rangkaian
aktivitasnya.
• Karyawan.
Karyawan
berkepentingan melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan
kesempatan kerja.
2.1.4 Komponen Laporan Keuangan
Secara
umum laporan keuangan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a) Neraca, adalah laporan keuangan yang
memperlihatkan jumlah dan sifat
aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik usaha pada saat tertentu.
• Aktiva,
adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang
biasanya dinyatakan dalam satuan uang.
•
Kewajiban, adalah utang yang harus dibayar perusahaan dengan uang atau jasa pada suatu saat tertentu di masa yang
akan datang.
• Modal,
adalah hak pemilik perusahaan atas kekayaan perusahaan.
Berdasarkan pendapat Agnes Sawir (2005, p3),
neraca merupakan laporan yang memberikan
informasi mengenai jumlah harta, utang, dan modal perusahaan pada saat
tertentu. Secara garis besar, neraca memberikan informasi mengenai sumber dan
penggunaan dana perusahaan.
b) Laporan
Laba-Rugi, adalah suatu daftar yang menggambarkan hasil operasi perusahaan pada
suatu periode waktu tertentu. Di dalamnya terdiri dari pendapatan dan beban.
Bila pendapatan lebih besar dari beban, maka perusahaan akan mendapatkan laba
dan bila pendapatan lebih kecil dari beban, maka perusahaan akan menderita
kerugian.
•
Pendapatan, adalah aliran penerimaan kas/harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang
atau pemberian jasa.
• Beban,
adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan.
Berdasarkan
pendapat Agnes Sawir (2005, p4), laporan laba-rugi merupakan laporan mengenai
pendapatan, biaya-biaya, dan laba perusahaan selama periode tertentu.
c) Laporan Perubahan Modal, adalah
suatu daftar informasi yang
menggambarkan
tentang perubahan modal pemilik. Perubahan ini biasa disebabkan karena ada
tambahan modal atau disebabkan adanya prive (pengambilan untuk kepentingan
pribadi pemilik).
d) Laporan Arus Kas, adalah suatu
daftar informasi yang melaporkan
penerimaan
dan pengeluaran kas entitas selama periode tertentu, serta dari mana kas datang
dan bagaimana kas tersebut dibelanjakan. Di dalam laporan ini terdiri dari
beberapa bagian, yaitu:
•
Aktivitas Operasi, yang berhubungan dengan transaksi-transaksi yang
menghasilkan laba bersih.
•
Aktivitas Investasi, yang berkaitan dengan akun-akun dalam aktiva tetap.
•
Aktivitas Pendanaan, yang berkaitan dengan akun kewajiban dan ekuitas pemilik.
Berdasarkan
pendapat Harry Supangkat (2005, p43-44), pada dasarnya perusahaan harus membuat
tiga macam laporan keuangan, yaitu:
a) Neraca;
adalah ringkasan mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu
yang menunjukkan Aktiva sama dengan
Kewajiban ditambah Ekuitas. Aktiva terdiri atas Aktiva Lancar dan Aktiva Tidak Lancar,
sedangkan Kewajiban terdiri atas Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka
Panjang.
Definisi
lancar dan jangka pendek adalah periode yang kurang dari satu tahun, sedangkan
definisi tidak lancar dan jangka panjang adalah periode waktu yang lebih lama
dari satu tahun. Adapun Ekuitas adalah modal sendiri Pemilik yang merupakan
selisih antara nilai buku Aktiva dan Kewajiban.
b) Laporan
Laba Rugi; adalah ringkasan mengenai Pendapatan dan Biaya yang selisih antara
keduanya akan menunjukkan Laba atau Rugi yang diperoleh perusahaan selama
periode tertentu. Pembuatan Laporan Laba Rugi dilakukan berdasarkan prinsip
akrual di mana Pendapatan dan Biaya akan dicatat pada saat terjadinya bukan
pada saat diterima atau dibayarkannya.
c) Laporan
Arus Kas; adalah ringkasan mengenai transaksi dalam bentuk kas yang berasal
dari tiga macam kegiatan yang dilakukan perusahaan, yaitu Kegiatan Operasi,
Kegiatan Investasi, dan Kegiatan Pendanaan.
2.2 Analisa Rasio Keuangan
2.2.1 Pengertian Rasio Keuangan
Berdasarkan
pendapat Agnes Sawir (2005, p6), untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan, analis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang
sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan
yang satu dengan yang lainnya.
Menurut
pendapat Slamet Munawir (2002, p37), analisa rasio adalah suatu metode analisa
untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan
rugi-laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Artinya
berdasarkan data-data yang terdapat
dalam laporan keuangan baik dari neraca, laporan laba-rugi, maupun kedua-duanya
dapat dihitung bermacam-macam jenis rasio yang dapat dipergunakan sebagai
pedoman dalam pengambilan keputusan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
2.2.2 Kegunaan Rasio-rasio Keuangan
Menurut
pendapat Agnes Sawir (2005, p6), analisis rasio keuangan, yang
menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan laba-rugi satu dengan lainnya,
dapat memberikan gambaran tentang
sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada
saat ini. Analisis rasio juga
memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi parakreditor dan investor
dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat
diperoleh.
2.2.3 Penggunaan Analisa Rasio
Menurut
pendapat Agnes Sawir (2005, p6), rasio analisis keuangan meliputi dua jenis
perbandingan, yaitu:
a)
Perbandingan Internal.
Memperbandingkan rasio sekarang
dengan yang lalu untuk perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan disajikan
dalam bentuk suatu daftar untuk periode beberapa tahun, analis dapat
mempelajari komposisi perubahanperubahan dan menetapkan apakah telah terdapat
suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya di dalam kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan selama jangka waktu tersebut.
b)
Perbandingan Eksternal.
Perbandingan meliputi perbandingan
rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata
industri pada satu titik yang sama. Perbandingan tersebut dapat memberikan
gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Laporan Keuangan PT Unilever,
Tbk
1)
Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan suatu entitas
untuk memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi.
a.
Current Ratio
Rasio ini menunjukkan posisi kas
entitas dan kemampuan memenuhi kewajiban atau hutang jangka pendek.
Current Ratio = Aktiva Lancar : Hutang lancar x 100%
Tabel 1
Perhitungan Current Ratio PT. Unilever Tbk
Tahun 2012
(Dalam
Jutaan Rupiah)
Tahun
|
Aktiva Lancar
|
Hutang lancar
|
2012
|
5.035.962
|
7.535.896
|
Pada tahun 2012 Current Ratio sebesar 68%, artinya setiap
hutang lancar Rp 1,00 dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 0,68.
Dapat
dilihat dari perhitungan diatas tahun 2012 bahwa posisi keuangan entitas dalam keadaan illiquid tidak sehat karena entitas tidak mampu menjamin hutang lancar. Hal ini berarti
aktiva lancar tidak dapat dijadikan jaminan untuk membayar hutang apabila
terjadi likuidasi.
b.
Quick
Ratio
Rasio
ini menunjukkan kemampuan dalam menyediakan kas dan aktiva lainnya yang dapat
dilikuidasikan dengan segera jika diperlukan.
Quick Ratio = (Aktiva Lancar- Persediaan) : Hutang Lancar
Tabel 2
Perhitungan Quick Ratio PT. Unilever Tbk
Tahun 2012
(Dalam
Jutaan Rupiah)
Tahun
|
Aktiva Lancar
|
Persediaan
|
Hutang Lancar
|
2012
|
5.035.962
|
2.061.899
|
7.535.896
|
Pada tahun 2012 hasil perhitungan quick ratio quick ratio sebesar
39% artinya setiap hutang lancar Rp 1,00 dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp
0,39. Dari perhitungan diatas terlihat bahwa quick ratio dibawah standar yaitu
kurang dari 100%, sehingga semua aktiva lancar selain persediaan tidak dapat
dijadikan jaminan untuk membayar hutang lancar.
2)
Rasio
Profitabilitas
Rasio ini menunjukkan
kemampuan entitas untuk mendapatkan laba dari setiap penjualan yang dilakukan.
a) Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini mencerminkan
kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan,
beban operasi/usaha, beban lain-lain dan pajak dalam hubungannya dengan
penjualan.
NPM = EAT :
Penjualan Bersih
Tabel 5
Perhitungan
Net Profit Margin PT. Unilever Tbk
Tahun 2012
(Dalam
Jutaan Rupiah)
Tahun
|
EAT
|
Penjualan
Bersih
|
2012
|
4.839.145
|
27.303.248
|
Pada tahun 2012 hasil
perhitungan Net Profit Margin sebesar 18% yang berarti setiap rupiah penjualan
menghasilkan Rp 0,18
Dari
perhitungan diatas terlihat bahwa adanya keuntungan yang dihasilkan dari
penjualan meskipun 18%.
b) Return On Investment
(ROI)
Rasio
ini mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal
mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan semakin efisien dana yang ditanamkan.
ROI = EAT : Total Aktiva
Tabel 6
Perhitungan
Return On Investment PT Unilever
Tahun 2012
(Dalam
Jutaan Rupiah)
Tahun
|
EAT
|
Total
Aktiva
|
2012
|
4.839.145
|
11.984.312
|
Pada tahun 2012 hasil
perhitungan ROI sebesar 40% yang berarti setiap rupiah aktiva menghasilkan
keuntungan netto Rp 0,4.
Dilihat dari perhitungan
diatas perusahaan tetap menghasilkan keuntungan walaupun keuntungan yang
diberikan kepada investor kecil.
3) Rasio Pasar
Rasio
pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba,
nilai buku per saham, dan dividen. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa
yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di
masa mendatang (Mulyadi, 2006:75).
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat
(investor) atau para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau
membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan nilai
buku saham.
1. Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Earning Per Share (EPS) biasanya menjadi perhatian pemegang
saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajmen. EPS menunjukan
jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar
nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu
perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba
biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan harga saham di
masa mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan
angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS hanya dihitung untuk saham biasa.
EPS
= (Laba bersih bagi pemegang saham biasa) / jumlah saham beredar
2. Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)
Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak investor
bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan. Oleh para
investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba di masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk
menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan
peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi.
Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki
PER yang rendah.
PER
= Harga pasar per lembar saham / Pendapatan per lembar saham
3. Rasio Pasar Per Buku (Price To Book Value Ratio)
Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa
yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio
ini, semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan
Jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor
memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimis
atas prospek suatu saham, maka banyak saham dijual pada harga di bawah nilai
bukunya. Sebaliknya jika investor optimis maka saham dijual dengan harga di
atas nilai bukunya.
Book
value per share (nilai buku per saham) dihitung dengan membagi ekuitas saham
biasa dengan jumlah saham yang beredar.
PBV
= Harga pasar per saham / Nilai buku per saham
4. Rasio Pendapatan Dividen (Dividend Yield Ratio)
Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan
diperoleh investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang
tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar
akan diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang
tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya
tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan semacam ini akan cenderung lebih
rendah.
DY
= Dividen per lembar saham / Harga per lembar saham
5. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rasio
ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor
sedangkan bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke
perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi
akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang
tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran
dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Semakin besar rasio ini
maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.
DPR
= (Dividen per lembar saham / Pendapatan per lembar saham) x 100%
Contoh
Soal :
DPS
= Rp Rp15, 120 Milyar / 378 juta = Rp 40l
EPS = Rp 92, 776442 / 378 juta = Rp 245l
DPR = Rp 40 / Rp 245 = 16,32%l
PER = Rp 1.450 / Rp 245 = 5,2x.l
PBV = Rp 1.450 / Rp 1.000 = 1,45.l
Dividend Yield = Rp 40 / Rp 1.450 = 2,75%.l
BAB
IV
KESIMPULAN
Pada kinerja keuangan PT. Unilever,Tbk
dapat dikatakan belum baik. Karena keuangan entitas dalam keadaan illiquid bisa
dilihat dari nilai presantese current ratio dan quick rasionya yaitu 68% dan 39%
dibawah 100%, yang berarti aktiva lancar sulit dijadikan jaminan untuk membayar
hutang apabila terjadi likuidasi. Sehingga ketergantungan pada kreditor sangat
besar untuk membiayai entitas. Meskipun entitas dalam keadaan illiquid tetapi
entitas tetap dapat menghasilkan keuntungan walaupun keuntungan yang dihasilkan
kecil.
DAFTAR
PUSTAKA
Andra Kusumadiyanto.2006.
Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Kelompok
Industri Rokok. Skripsi Universitas Widyatama.
Creelman James, dan Naresh Makhijani. 2012. Menciptakan Balanced Scorecard Untuk Organisasi Jasa Keuangan. Jakarta:
Erlangga.
Erna Rizki Yoland. 2011. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Yang
Memadai Pada Perusahaan Bio Tech Sarana
Bandung. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol 2 (no 5), 22-23.
Ikatan
Akuntansi Indonesia. (2004). Standar
Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.
Kaplan Robert S, dan Anthony A. Atkinson. 2012.
Akuntansi Manajemen Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Indeks.
Lesmana,
Rico dan Rudy Surjanto. (2005). Financial
Performance Analyzing. PT Gramedia,Jakarta.
Sawir,
Agnes. (2005). Analisis Kinerja Keuangan
dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.