Jumat, 14 Oktober 2011

Mangkuk Tanpa Dasar



Seorang Raja bersama pengiringnya keluar dari Istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang pengemis. Sang raja menyapa pengemis ini, :
Apa yang engkau inginkan dariku ?” Si pengemis itu tersenyum dan berkata, “ Tuanku bertanya, seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba.“ Sang raja terkejut, ia merasa tertantang, “ Tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta ? katanlah !”

Maka menjawablah sang pengemis,”berfikirlah dua kali, wahai tuanku, sebelum tuanku menjanjikan apa-apa.” Rupanya sang pengemis bukanlah sembarang pengemis. Namun, raja tidak merasakan hal itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, karna mendapat nasihat dari seorang pengemis. “sudah ku katakan aku dapat memenuhi permintaanmu. Apapun juga ! aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya raya.”
            Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaannya, si pengemis itu mengangsurkan mangkuk penadah sedekah, “Tuanku dapat mengisi penuh mangkuk ini den gan apa yang tuanku inginkan.” Bukan main ! Raja menjadi geram “Tantangan” pengemis itu.

Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini dengan emas. Kemudian, bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang dibawanya kedalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh magkuk sedekah.

Tak mau kehilangan muka dihadapan rakyaknya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu, tetapi mangkuk itu tetap kosong.

Keinginanlah yang mendorong manusia senan tiasa bergelut dalam hidupnya. Ada kegembiraan, gairah memuncak dihati, engalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu.

Bahkan, seluruh perbendaharaan kerajaan : emas, intan berlian, ratna mutu menikam telah habis dilahap magkuk sedekah itu. Magkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.
           Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh dikaki si pengemis. Ternyata, dia bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya, “sebelum berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan dari apakah mangkuk sedekah ini?”
          Pengemis itu menjawab sambil tersenyum,“magkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya. Ada kegembiraan, gairah memuncak dihati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau memenginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah engkau dapatkan itu, seolah tidak ada artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas, intan, dan berlian yang masuk dalam mangkuk yang tanpa dasar itu. Kegembiraan, gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan.
            “ Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan. Anak cucumu kelak mengatakan, ” Kekuasaan cenderung untuk tamak.”
            “ Raja itu bertanya lagi, ” Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu ?”
            “ Tentu ada, yaitu rasa bersyukur kepada Tuhan. Jika engkau pandai bersyukur, Tuhan akan menambahkan nikmat padamu.” Ucap sang pengemis itu sambil berjalan kemudian menghilang.

Referensi buku : Perjalanan 1.000 Mil , Dimulai dari Langkah Pertama (Hati yang baik adalah
                            Pribadi Tuhan), Vanny Chrisma W.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar